Minggu, 09 Juli 2023

Juli


Dari setiap tahun, Juli adalah moment yang selalu di tunggu kehadirannya, sampailah sudah di bulan ini, yang mana mulai sadar bahwa secercah harapan sebelumnya telah hilang, warna itu kini telah memudar bahkan penuh dengan mendung yang teramat pekat dan petir yang tidak terkendalikan. Sejauh ini, semakin banyak luka yang tercipta, telah runtuh, lenyap bahkan sirna.

Juli, apakah harus se-sesak ini? Apakah harus serumit ini?  Mengira ekspestasi di akhir bulan Juni telah selesai dengan semua kejanggalan, keresahan bahkan kesalahan yang diperbuat. Tapi, itu hanyalah ekspetasi saja yang terlalu tinggi, yang menginginkan sebuah harsa, yang dimana semua akan lebih baik dari sebelumnya.

Dengan rasa tidak sabar untuk mempersiapkan menyambut hari pertama di bulan Juli, ekspetasi itu spontan hilang. Awalnya sangat membingungkan dengan yang terjadi pada hari itu, lirik tak lagi terucap, pikiran yang begitu banyak tanya memenuhi isi kepala yang tak juga menemukan jawaban, bahkan batin sangat lelah. Tapi, apa lah daya hanya bisa mendengar dan menjalani semua yang terjadi.

Hingga kini belum ada sepercik ketenangan, cukup gelap untuk dijajaki. Terlalu banyak sudah angan-angan yang diimpikan sehingga banyak juga kisah yang tidak terungkap. Sampai deriknya tidak terdengar dan adanya jua tidak bisa terlihat. Serupa malam yang menyimpan banyak riwayat, senyap tak bersua.

Pada beberapa sisi dan tepian hidup ini cukup rumit untuk dimengerti, yang bukan hanya perihal siap dan tidak siap, melainkankan juga tentang kalah atau memilih tabah untuk bergerak. Akhirnya sampai di tiitik ini, titik dimana banyak liku pilu kehidupan yang memberi banyak keputusan sulit untuk diputuskan dan harus dilakoni dengan sebaik-baik peran. Ternyata semuanya memiliki akhir, bahkan pada sela-sela resah yang menanti reda.

Inilah hasil yang telah dirasakan dari sebuah usaha meracik kecewa yang paling disengaja. Tidak ada yang amerta, semuanya akan sirna. Asa hanyalah kiasan semata, yang ada hanyalah nestapa dan kenangannya.

Di episode yang ke 21 ini, hidup terasa se-memaksa itu. Tidak mudah tapi harus dibuat, tidak ingin tetap harus dijalanin bahkan belajar untuk menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Berpetualang setiap harinya sampai fisik dan bathin hampir rusak. Semua yang dirasa, yang didengar cukup dijalani hingga tidak tahu apa yang semestinya disanggah. Tidak tahu apa yang harus diceritakan, rasa kecewa itu hanya singgah. Nestapa yang kian hari kian cepat untuk hirap. Dikarenakan riuh nya hati dan pikiran membuat keegoisan itu semakin tumbuh. Terlalu lama untuk menetap ternyata salah. Bersama dengan waktu yang lama juga cukup tidak menyenangkan. Banyaknya persepsi, argument yang diluapkan sehingga kenyamanan itu hilang.

Sejauh ini kata maaf sudah terlalu berlebihan hingga melupakan apa yang harus diprioritaskan. Terlalu patuh untuk melayani hal yang membuat diri gamang akan amarah. Kini keberanian itu belum hadir untuk membantu memberi arah dari semua alasan yang masih tersimpan. Kini ketegasan itu belum sepenuhnya bisa menjelaskan perihal yang sempat membuat sesak.

Dengan berpetualang di level ini, kembali merayakan kecemasan-kecemasan berikutnya. Berperang dengan pertanyaan ‘kapan’ yang tidak ada ujungnya, fase dimana you not found anyone who can help your life. Inilah titian menuju tempat yang paling amerta maka sebab itulah harus susur jalur ikut alur dengan tertatih, letih, sesekali bersimpuh. Hidup yang senantiasa berubah rupa, kadang teduh, kadang panas terik. Akan tetapi satu hal yang harus dimengerti bahwa bagi sebagian orang, kita hanyalah sepotong senja yang datang menawarkan sekilas warna, sebelum terganti oleh malam untuk kemudian dilupakan.

 




Juli

Dari setiap tahun, Juli adalah moment yang selalu di tunggu kehadirannya, sampailah sudah di bulan ini, yang mana mulai sadar bahwa secerc...